15/01/2025
Nasional

MODIFIKASI KEBAYA MELAYU ETTY NAFIS DAN BATIK SOLO RIANA KUSUMA HADIR SEMARAK PADA HUT RI KE-78 TAHUN

 

Memaknai hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-78 tahun, Batik Riana Kusuma
bersama Brand Marita By Etty Nafis, mengadakan acara peragaan busana dengan modifikasi Batik dengan kebaya Melayu, Serta mengadakan trend tata cara memakai kain tradisional dalam tajuk untaian merajut kasih bersama ibu ibu berkebaya yang diundang hadir dari berbagai komunitas salah satunya adalah Marie Amadea Ismayani M, I.Kom atau Maya Saroso,Ketua DPD FOKBI Provinsi DKI Jakarta, Jumat, 18 Agustus 2023 bertempat di Stand Batik Riana Kusumo , Pondok Indah Mall Satu , Jakarta Selatan.

Duet Dua sahabat , DRA.Ellyati Nafis atau Etty Nafis yang berasal dari daerah Palembang dengan Riana Kusuma, SE yang berasal dari Solo, memiliki latar belakang yang sama yaitu sejak usia masih kanak-kanak sudah menyukai kain-kain tradisional dari daerahnya masing-masing, Baik DRA Ellyati Nafis dan Riana Kusuma, SE, saat ini keduanya memiliki usaha butik dan menjadi penggiat kebudayaan dan aktif di berbagai komunitas dan organisasi Perempuan.

 

 

 

 

 

 

 

Riana Kusuma, SE, saat ini menjabat sebagai Wakil ketua Komite Budaya di Lions Clubs ( Liberty, Intelegence, Our Nation’s Safety) yang sudah berdiri sejak tahun 1969, aktif sebagai anggota IWAPI (Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia) dan juga Anggota Cinta Berkain Indonesia, Pemilik Butik Riana Kusuma di Solo dan Jakarta serta rumah Workshop pembuatan Batik Solo , sedangkan DRA.Ellyati Nafis atau Etty Nafis menjabat sebagai Ketua Budaya dan Organisasi DPD FOKBI Provinsi DKI Jakarta , Anggota Mitra Seni Indonesia, Wakil Ketua Umum III membidangi Seni Budaya DPP Pecinta Pesona Wastra Nusantara yaitu
Persatuan wanita Palembang Sumatra bagian selatan, dan sebagai Owner OI Cinema production House.

Deskripsi padu padan dua kebudayaan berbeda daerah menjadi kesatuan busana klasik dalam sentuhan modern yang berasal dari kebaya Melayu, (daerah Melayu disini adalah kawasan Indonesia yang terbentang dari Temiang disebelah Selatan Aceh, beberapa bagian Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Kalimantan Barat), dengan Kain Batik tentunya menjadi acara yang menarik karena memiliki filosofi berbeda dari konsep tradisional kebiasaan yang sudah ada tanpa mengurangi unsur budaya keduanya dan tetap menjaga nilai- nilai tradisional dan nilai Islami.

 

 

 

 

 

 

Batik Solo atau Kain Keraton umumnya di padu padankan dengan kebaya Jawa dari Solo juga yaitu desainnya hampir melekat di badan dengan model kerah dada yang rendah sedangkan di bagian bawah tidak mengerucut dan jika kebaya di kancing maka hanya sampai diatas pinggang sedangkan untuk bagian perut diberikan lilitan stagen agar kain batik yang dipakai terlihat rapih, sedangkan kain batik Solo yang biasanya disebut batik keraton karena memiliki latar belakang warisan membatik dan menggunakan kain batik secara turun temurun, kain batik memiliki beraneka motif yang berbeda dan ada dua macam cara pembuatannya yaitu berupa batik tulis dan batik cap.

Kebaya Melayu umumnya digunakan untuk perempuan dewasa dan identitas kebaya Melayu menggunakan selendang berfungsi sebagai kerudung selain sebagai pelengkap estetika berkebaya yang digunakan menjuntai di satu pundak, Kebaya Melayu digunakan wanita usia setengah baya dengan panjang mengerucut hingga hampir menyentuh paha bahkan hingga ke lutut untuk melambangkan identitas adat kebudayaan Riau yang Islami sedangkan kain Melayu umumnya adalah songket atau kain tenun.

Latar belakang Etty Nafis Kecil sering melihat ibunya menggunakan kebaya pada acara TNI Persit Kartika Chandra, sejak itu Etty begitu ter inspirasi berdandan bahkan mendandani teman temannya dan bergaya seorang peragawati bersama teman sepermainannya dan hingga duduk di bangku sekolah menengah pertama aktif dalam berbagai lomba fashion kemudian berlanjut saat mahasiswi mengikuti ajang lomba dan tampil sebagai modeling pada berbagai acara fashion membawakan baju baju karya desainer kenamaan bahkan di berbagai acara instansi pemerintah, Etty Nafis acap kali menjadi model bebagai produk baju hasil rancangan para penggiat usaha butik dan fashion, Etty Nafis tercatat menjadi perwakilan ibu ibu VICO(komunitas Oil Company) di Balikpapan mendapatkan juara kesatu, menjadi utusan HWB ( Himpunan Wanita BP Migas ) untuk Lomba ibu- ibu, lomba memakai kain kebaya yang pakem diseluruh Oil Company semua provinsi di Indonesia , hasilkan memenangkan juara ke satu Piala Ibu Menteri ESDM.

Kehadiran istri dari IR. Popi A. Nafis dan ibu dari Tommy Ringga Sambera dan Frilla Marita Silveria Navety, Etty Nafis di tengah sahabat dan koleganya memiliki koleksi accecoris sebagai pelengkap berbusana kebaya sering dimintai saran bagaimana berpakaian yang sesuai sering kebanjiran permintaan gambar desain baju sehingga awal tahun 2001 hingga saat ini membuka butik di kediamannya
Pesona Florida Blok O/1 No .8 Kota Wisata Cibubur dengan branded Marita By Etty Nafis khusus Kebaya Melayu dengan tujuan dirinya ingin kebaya Melayu bisa dikenal Seluruh Penjuru tanah Air bahkan mancanegara sesuai pengalaman Etty Nafis beberapa kali di undang di Kedutaan- kedutaan KBRI Luar Negeri seperti Turki, Australia,Myamar , Laos, Vietnam, Davaoe Philippine untuk mengadakan fashion show dan Memperkenalkan Produk Indonesia khususnya Kain dan Kebaya Melayu.

Tidak Jauh berbeda dengan Riana Kusuma yang sejak usia 8 tahun hidup keseharian dengan Batik, melestarikan batik hingga saat ini sebagai warisan budaya Indonesia turun menurun di Indonesia khususnya di solo, Di Indonesia produksi Batik Solo sudah ada sebelum memasuki abad ke-15 Masehi, Di Solo Kampung halamannya, Riana Kusuma masih memiliki rumah produksi Batik Solo, dan saat ini tinggal di Jakarta membuka rumah produksi batik Solo baik batik tulis maupun batik Cap dan beberapa outlet di Jakarta dengan harapan dan melakukan Kampanye untuk Melestarikan Batik Solo sebagai wujud rasa bangga Batik Indonesia termasuk Batik Solo mendapatkan pengakuan sebagai Warisan Budaya tak Benda (Intangible Cultural Heritage) oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009. (Dyan KETUM JARINGAN MEDIA NASIONAL)