Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bersama Kongres Wanita Indonesia Memperingati Hari Kartini Di Gedung Tennis Indoor Senayan
Jakarta, Upacara peringatan Hari Kartini tersebut dipimpin oleh Menteri PPPA Arifah Fauzi. Peringatan ini bertema “Mewujudkan Asta Cita dengan Menghadirkan 1000 Profesi Perempuan dan Gen Z”.
Upacara tersebut diikuti oleh seribu perempuan dari segala profesi di Tanah Air. Terlihat para peserta yang mengenakan kebaya pada peringatan Hari Kartini ini.
Dirinya menyebut tokoh-tokoh perempuan muda saat ini yang sangat inspiratif dan berdedikasi. Arifah juga menyampaikan kehadiran Generasi Z pun dapat dilibatkan dengan kolaborasi dan kreativitasnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Kowani Nannie Hadi Tjahjanto mengungkapkan tema yang diusung pada Hari Kartini 2025 ini diharapkan menjadi cerminan bagi perempuan untuk bisa berdaya. Perempuan dapat memiliki hak berpendapat, dan terlepas dari diskriminasi.
Pada peringatan Hari Kartini, Kowani meluncurkan program “100 Profesi Perempuan dan Gen Z” yang merupakan roadmap menuju 100 tahun Kowani. Hadir juga Ibu Wakil Presiden RI Selvi Ananda Rakabuming Raka, serta para tokoh perempuan dari lintas bidang.
Acara diselenggarakan secara hybrid (luring dan daring), juga menampilkan pembacaan surat Kartini, testimoni inspiratif dari perempuan berbagai profesi, hingga penampilan seni budaya yang dikurasi oleh generasi muda.
Dalam sambutannya Ketua Kowani Nannie Hadi Tjahjanto juga mengatakan , ” Perempuan Indonesia tidak boleh mundur. Kita sudah sampai di titik ini karena perjuangan panjang. Sekarang saatnya melompat lebih jauh, dengan pendidikan, keberanian, dan solidaritas.”
Diakhiri acara awak media sempat mewawancarai Hj.DR.Titi Prasetyawati Verdi SH, MH mengungkapkan, ” Bahwa acara hari ini sangat bagus sekali, 100 profesi Perempuan dan Gen Z, Hari ini kami datang, dari Atlet Karate Indonesia yang mendunia, disini saya membawa atlet mulai 15 tahun sampai 20 tahun, adik adik ini adalah juara dunia, dan Saya juga pernah juara karate 2 x di dunia, yaitu di Mexico (1990) dan Tokyo (1993).”
Lanjut Kata Titi Prasetyawari , Kami ingin memberikan kontribusi kepada Pemerintah yaitu solusi menghindari kejahatan pelecehan seksual yang di lakukan oleh orang di luar sana atau pun terdekat, Saya membuat modul bela diri praktis baik yang ada di Indonesia maupun di luar negeri , Kami bekerjasama dengan Kementerian KPPA, Kementerian Komdigi maupun Kementerian Ristek Dikti, kita bisa bergerak bersama sama karena di era digital 4.0 sangat berbahaya sekali, dari tangan ke dada, mereka bisa melakukan hal hal yg negatif, kami hadir melatih anak kecil hingga dewasa untuk membela dirinya.